KEINGINAN SEDERHANA SEORANG AYAH


Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.

Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.

Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.

Ayah selalu tepat janji. Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.

Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka.karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.

Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskannya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.

Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis….jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala.

Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa “melihat” para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya. Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.

Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup.

Ayah benar-benar senang membantu seseorang… tapi ia sukar meminta bantuan.

Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?… .mmmmhhh…” tidak terlalu mengecewakan” ^_~

Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill.

Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam…walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.

Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.

Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.

Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.

Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah

AYAH ITU MURAH HATI…..

Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan…. .

Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ….

Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka…..

Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara….

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya….

Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.. ..

Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu….

Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu”

Ketika ia ingin berkata ,,tidak” Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi. Ayah mengatakan ,” tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan”

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya….

Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri….

Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah mengira seratus adalah tip. Seribu adalah uang saku. Gaji pertamamu terlalu besar untuknya…

Ayah tidak suka meneteskan air mata. Ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanyan (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)

Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu…ketika kau mimpi akan dibunuh monster… tapi…..ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah ayah pernah berkata :” kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya”

Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ,”jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu”

Dan untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :” jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu”

Ayah bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu….

Ayah bisa membuatmu percaya diri… karena ia percaya padamu…

Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik….

Dan terpenting adalah…Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Nya, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.

surga untuk setiap peluh yang kau teteskan,

untuk setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung,

untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku,

untuk tumis kangkung paling lezat sedunia,

untuk tempat duduk terbaik di bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai,

untuk tetes “air mata laki-laki “yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku,
untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali kukhianati.

Takakan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan …….surga bagimu ayah…”

semoga Allah SWT mengganti semuanya dengan syurga, semoga bisa kubayar
dengan syurga yang diberiNYA, semoga…… ..”

Read more


When You Divorce Me, Carry Me Out in Your Arms


Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yg cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yg sangat bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yg lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening : Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih
diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yg bersamaan. Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yg tidak kusangka-sangka, Dew hadir dalam kehidupanku.

Waktu itu adalah hari yg cerah. Aku berdiri di balkon dengan Dew yg sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartemen yg kubelikan untuknya.

Dew berkata, “kamu adalah jenis pria terbaik yg menarik para gadis.” Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku pernah berkata, “Pria sepertimu, begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis.” Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalau aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya.

Aku melepaskan tangan Dew dan berkata, “kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor”. Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide
perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin.

Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka.Sejujurnya ia adalah seorang istri yg baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, “seandainya kita bercerai, apa yg akan kau lakukan? ” Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yg sangat jauh dari dirinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.

ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengannya. Dia
kelihatan sedikit curiga. Dia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dew berkata padaku,”He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama.” Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, aku memegang tangannya. “Ada sesuatu yg harus kukatakan”.

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalau aku terus berpikir. “Aku ingin bercerai”, ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.

Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku,tapi ia bertanya secara lembut,”kenapa?” “Aku serius.”Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku, “Kamu
bukan laki-laki!”.

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yg telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yg memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi
oleh Dew.

Dengan perasaan yg amat bersalah, aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku merasakan
sakit dalam hati. Wanita yg telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yg asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa menarik kembali apa yg telah kuucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.

Pada larut malam, aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali.
Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya : ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana : Anak kami akan segera menyelesaikan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.

Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya,” He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita? Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah
kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. “Kamu membopongku dilenganmu”, katanya, “jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan
ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu.” Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yg telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana
romantis.

Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. “Bagaimanapun trik yg ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,” ia mencemooh Kata- katanya membuatku merasa tidak enak.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,”wah, papa membopong mama, mesra sekali”. Kata-katanya membuatku merasa sakit. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan dirinya dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut,”mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan pada anak kita.” Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang. Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku, Kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku
melihat bahwa ia tidak muda lagi. Beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, “kebun diluar sedang dibongkar. Hati-hati kalau kamu lewat sana.” Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku.

Bayangan Dew menjadi samar.

Pada hari kelima dan keenam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yg telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak, dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa
semakin erat.

Aku tidak memberitahu Dew tentang hal ini. Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya, “kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang”

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yg cocok. Lalu ia melihat, “semua pakaianku kebesaran”. Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba aku menyadarinya, sebab ia semakin kurus, itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit.

Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. “Pa, sudah waktunya membopong mama keluar.” Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yg penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, “sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua.” Aku memeluknya dengan kuat dan berkata “antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra”.

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dew membuka pintu. Aku berkata padanya,” Maaf Dew, aku tidak ingin bercerai. Aku serius”.

Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. “Kamu tidak demam.” Kutepiskan tanganya dari dahiku. “Maaf Dew, aku cuma bisa bilang maaf padamu, aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan
menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu”.

Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor.

Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga. Ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjualnya bertanya apa yg mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum dan menulis : “Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua.”

Read more


I LOVE YOU MOM



Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA

Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM

Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

Read more


MENGAPA.....?????




Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan.

Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia dan pria
berkata ingin menjadi matahari.

Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari, bukan kupu
kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga.

Wanita berkata ingin menjadi rembulan dan pria berkata ingin tetap
menjadi matahari. Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan
tidak bisa bertemu, tetapi pria ingin tetap jadi matahari.

Wanita berkata ingin menjadi Phoenix yang bisa terbang ke langit
jauh di atas matahari dan pria berkata ia akan selalu menjadi
matahari.

Wanita tersenyum pahit dan kecewa. Wanita sudah berubah 3x namun
pria tetap keras kepala ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah
bersama wanita. Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali
tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari.

Pria merenung sendiri dan menatap matahari.

Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi matahari agar bunga dapat
terus hidup. Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga
agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang
cantik. Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh dan
pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga. Ini disebut
kasih yaitu memberi tanpa pamrih.

Saat wanita jadi bulan, pria tetap menjadi matahari agar bulan dapat
terus bersinar indah dan dikagumi.

Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi
saat semua makhluk mengagumi bulan siapakah yang ingat kepada
matahari. Matahari rela memberikan cahaya nya untuk bulan walaupun
ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan, dilupakan jasanya dan
kehilangan kemuliaan nya sebagai pemberi cahaya agar bulan
mendapatkan kemuliaan tersebut. Ini disebut dengan Pengorbanan,
menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.

Saat wanita jadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit
bahkan di atas matahari, pria tetap selalu jadi matahari agar
Phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan
mencegahnya.

Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh, namun matahari
akan selalu menyimpan cinta yang membara di dalam hatinya hanya
untuk phoenix.

Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau
phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain
selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan
cinta nya. Ini disebut dengan Kesetiaan, walaupun ditinggal pergi
dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan.

Pria tidak pernah menyesal menjadi matahari bagi wanita.

Read more


INILAH CINTA



Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.

Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri.

Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang disekelilingnya. “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?” dia bertanya-tanya,
hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu penglihatannya takkan pernah pulih lagi.

Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.

Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang mi
liter Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.

Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka
terletak dipinggir kota yang berseberangan.

Mula - mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak.

Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. “Aku buta!” tujasnya dengan pahit. “Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku” Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri. Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan
seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.

Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya, wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi kearah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis … Setiap hari dijalaninya dengan
sempurna.

Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal. Pada hari Jum’at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar
ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata :”wah, aku iri padamu”. Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untk menjalani hidup?

Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, “Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?” Sopir itu menjawab, “Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu”. Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya.”Apa maksudmu?” Kau tahu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung”. kata sopir itu.

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri, hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.

Read more


SEBAB CINTA


Seorang ibu muda berlari kencang mengejar bis yang berjalan merambat
di depan halte di daerah Kebon Nanas, Tangerang, Banten. Saat
berlari, ia tidak sendiri. Ia menggendong anaknya yang masih berusia
satu tahun. Pundak kecilnya juga masih harus dibebani dengan sekotak
alat musik karaoke. Dua beban yang tak menyurutkan laju kencangnya
mengejar bis kota , sayangnya bis besar itu hanya menyisakan kepulan
asap hitam di wajah wanita pengamen itu.

Si kecil yang digendongnya, hanya bisa menutup mata untuk
menghindari kepulan asap yang memerihkan mata. Ia, sungguh takkan
pernah mengerti sebab apa dibawa berlari mengejar satu bis ke bis
lainnya. Ia, juga takkan pernah memahami, setiap kali ibunya
bernyanyi di depan puluhan pasang mata di dalam bis kota . Yang ia
tahu hanyalah, terik matahari, atau derasnya hujan, debu jalanan,
asap knalpot, aroma bis kota , tatapan iba, dan juga makian
penumpang yang terganggu oleh hingar musik ibunya. Semua itu menjadi
sahabat sehari-hari si kecil.

Lain lagi dengan pemandangan di Pasar pagi Cikokol, Tangerang,
Banten. Pukul 02.00 dini hari, seorang anak berusia tidak lebih tiga
tahun terlelap di tengah pasar. Berselimut angin malam, berteman
aroma pasar, si kecil tertidur ditemani hiruk pikuk para aktor
pasar; penjual dan pembeli. Sesekali mimpinya tergugah oleh klakson
mobil, matanya terbuka melihat sekejap sang ibu yang sibuk melayani
pembeli. Kemudian terlelap kembali merajut mimpi indahnya.

Anak pasar itu -kalau boleh disebut begitu- tak pernah tahu sebab
apa ibunya menyertakannya dalam aktivitas di pasar dini hari itu. Ia
tak pernah benar-benar mengerti kenapa dirinya berada di tengah-
tengah tumpukan cabai, bawang, tomat dan sayuran setiap pagi dan
melihat transaksi jual beli yang dilakukan ibunya. Saat terbangun
dan menemani ibunya, cabai, bawang, tomat itulah sahabatnya. Angin
pagi yang menusuk menjadi selimutnya, dan aroma tak sedap pasar
becek lah yang kerap mengakrabinya.

Di tempat yang berbeda. Seorang ibu di Bogor naik turun KRL (kereta
api listrik) menggendong anaknya yang cacat mental dan fisik,
padahal si anak sudah berusia belasan tahun. Anak yang takkan pernah
mengerti itu, benar-benar tidak tahu, sebab apa ibunya rela
menanggung malu mengemis belas kasih dari penumpang kereta. Si anak
juga tak pernah bertanya, “beratkah ibu menggendong saya?”

Masih di kereta yang sama, seorang ibu lainnya menggendong anaknya
yang berusia tiga tahun. Si kecil yang lucu dan ramah itu, hanya
memiliki sebelah tangan. Ia tak dianugerahi tangan kiri dan dua kaki
saat terlahir ke dunia ini. Anak itu, tak pernah memahami kenapa di
setiap menit selalu ada tetes air mata di sudut mata ibunya. Si
kecil selalu tersenyum, meski air muka ibunya tak pernah menyiratkan
bahagia. Senyum sang ibu kerap dipaksakan di depan para penumpang
kereta, demi sekeping receh yang diharapnya.

***

Anak-anak itu, memang belum akan mengerti sebab apa ibunya mengejar
bis kota , mengakrabi malam di pasar, dan menyusuri gerbong demi
gerbong kereta api. Yang mereka tahu hanyalah, mereka tak pernah
jauh dari ibunya. Yang mereka rasakan adalah kecupan di kening dan
wajah setiap kali sang ibu berkesah tak mendapatkan rezeki. Bahasa
kalbu ibu berkata, “sebab cinta, ibu melakukan semua ini nak”.

Sungguh, jika tak karena cinta, langkahnya sudah terhenti. Cintalah
yang mengajarkannya untuk menghapus kata “lelah” dan “putus asa”
dalam kamus hidup seorang ibu.

Read more


Malas

Deni sedang agak malas bekerja hari ini. Rasanya masih ingin libur.
Kok cepat sekali liburan berakhir. Rasanya baru sebentar libur, eh
sudah harus bekerja lagi.

Tapi, kemudian Deni teringat suatu kejadian yang menggerakkan
hatinya ketika belum lama berselang dia pulang kampung untuk
merayakan tahun baru bersama orang tua dan saudara-saudaranya.
Ketika dalam perjalanan ke kotanya, di kereta api Deni bertemu
seseorang. Orang tersebut duduk di kursi sebelah kirinya dan hanya
dipisahkan oleh jalan untuk lalu lalang. Seorang pemuda. Sederhana.
Biasa saja. Tidak terlalu istimewa.

Yang membuatnya istimewa adalah pemuda tersebut terus menerus dipuji-
puji oleh teman-temannya. Mereka semua berlima. Teman-temannya tak
henti-hentinya memujinya, menggodanya, menepuk-nepuk bahunya, dan
menyalaminya berulang-ulang. Sebaliknya pemuda tersebut hanya senyum-
senyum dan tertawa.

Di tengah perjalanan, setelah teman-teman pemuda tersebut tidak
terlalu ribut lagi, tiba-tiba pemuda tersebut menyapa Deni. Mau
pinjam koran yang dipegang Deni. Tentu saja Deni tidak keberatan
untuk meminjamkan korannya. Apalagi dia sudah selesai membacanya.
Tak lama kemudian pemuda tersebut mengembalikan korannya dan mereka
berdua terlibat dalam pembicaraan.

Karena penasaran, Deni menanyakan mengapa pemuda tersebut disalami.
Dia hanya tersenyum saja. Tapi, teman di sebelahnya langsung
menengok ke arah Deni dan menjawab:”Dia karyawan terbaik tahun ini,
mas! Nomor satu! Ha ha ha… Sudah tiga tahun berturut-turut lho
mas. Hebat kan?” Temannya yang lain menambahkan: “Tahun ini dia naik
jabatan mas. Jadi bos.”

Deni memberi salam sambil mengucapkan selamat. Sambil bercakap-
cakap, Deni menanyakan kiat-kiat suksesnya dalam bekerja. Temannya
menjawab: “Dia orangnya selalu ingin lebih baik. Tidak pernah
berhenti belajar mas. Tidak pernah menyerah. Kalau dia tidak
mengerti, dia bertanya dan belajar. Kalau sudah mengerti, dia akan
berusaha melakukan yang terbaik. Kalau sudah terbaik, dia berusaha
lebih baik lagi. Pokoknya tidak pernah puas. Yah, jelas dia menang
lagi tahun ini.”

Teman yang lain lagi menambahkan: “Betul mas. Malah kita semua
banyak belajar dari dia. Dia ini memang superman. Pokoknya hebat
deh.” Deni ikut tersenyum: “Wah, mas, saya juga ingin belajar nih.
Saya kok tidak bisa begitu ya? Kalau lagi down, ya kerja jadi malas
juga. Tidak bisa selalu bersemangat tinggi. Apalagi kalau lagi
bokek. Ha ha… Bagaimana sih caranya?”

Pemuda tersebut memandangnya, lalu berkata serius: “Saya juga sering
mengalami up and down kok. Tapi, saya tidak mau down terus. Setiap
kali saya malas, ya langsung saya kerja lebih giat. Kalau saya ingin
istirahat, saya langsung cari apa saja yang bisa dikerjakan. Kalau
saya bosan, saya langsung bikin rencana baru tentang apa saja yang
akan saya lakukan hari itu.”

Dia bercerita: “Tiga tahun yang lalu, saya ditegur oleh atasan saya.
Soalnya saya lagi malas banget. Beberapa hari di kantor saya hampir
tidak mengerjakan apa-apa dan hanya main game. Lalu atasan saya
datang. Beliau hanya bertanya, Kalau kamu sedang malas bekerja,
bagaimana jika perusahaan juga sedang malas membayar gajimu?”

Pemuda itu melanjutkan, “Setelah berkata demikian, beliau pergi.
Saya jadi malu sendiri. Saya tidak ingin perusahaan malas membayar
gaji saya, tentunya perusahaan juga tidak ingin saya malas bekerja.
Jadi, sejak saat itu saya tidak mau menuruti rasa malas, lelah,
bosan dan lainnya.”

“Caranya?” tanya Deni.

“Kalau saya sedang merasa malas, saya langsung berdiri dan lompat-
lompat di tempat. Kira-kira 20 kali lompat. Dulu saya sering
ditertawakan teman-teman saya ini, tapi sekarang banyak yang
mengikuti cara saya. Dengan melompat-lompat sebentar, maka peredaran
darah menjadi lebih lancar, rasa malas pun hilang. Begitu juga kalau
saya mengantuk, saya langsung melompat-lompat sebentar, maka rasa
mengantuk akan lenyap. Pokoknya saya melakukan kebalikan dari setiap
perasaan negatif yang saya rasakan.”

“Begitu juga kalau saya sedang pusing dengan masalah pribadi saya.
Langsung saya menelepon klien yang membutuhkan bantuan saya,
sehingga saya tidak memikirkan masalah saya sendiri. Kadang saya
langsung menghadap atasan dan mendiskusikan masalah pekerjaan. Saya
tidak mau mengasihani diri sendiri. Masalah saya tidak akan selesai
dengan berpusing-pusing atau bermalas-malasan kan? Apa uang saya
akan bertambah kalau saya malas bekerja? Tidak kan? Jadi, untuk
apa?”

Waktu mendengar penjelasan pemuda itu, Deni hanya mengangguk-angguk.
Tapi kini, ketika dia merasa sedang malas, Deni teringat akan pemuda
di kereta. Segera Deni berdiri dan melompat-lompat di tempat
sebanyak 20 kali. Eh benar, ternyata badannya terasa lebih segar.
Dia pun mulai bekerja lagi. Ternyata dia merasa semangatnya timbul
lagi. Manjur juga yah?

Semangat Deni timbul. Untuk apa memulai tahun yang baru dengan rasa
malas? Apakah rasa malas akan mengubah keadaan menjadi lebih baik?
Jelas tidak! Jadi apa gunanya malas? Do something! Be active! Be
successful!


Sumber: Malas oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting &
Training Specialist

Read more


Mr.Henry

Renungkanlah oleh Anda betapa bahagia dan betapa bangganya perasaan seseorang apabila ia bisa diterima sebagai mahasiswa di universitas yang bergengsi seperti Yale atau Harvard University di USA. Tentunya lebih hebat lagi adalah orang-orang yang bisa menjadi guru besar di Universitas tsb.

Mr Henri adalah seorang guru besar bukan saja di kedua universitas tsb diatas melainkan juga di Universitas Notre Dame. Ia begitu disegani oleh rekan-rekan maupun para mahasiswanya sebagai wong
pinter yang terpandang. Jadi sudah benar-benar berada di puncak kedudukan kariernya seorang ilmuwan.

Pada saat dimana ia sedang berada di puncak karier kehidupannya, tiba-tiba ia merubah arah hidupnya! Ia telah merubah arah kehidupannya bukannya untuk UPWARD lagi melainkan ingin DOWNWARD.

Ia melepaskan seluruh jabatannya di ketiga universitas bergengsi tsb. Ia melepaskan ribuan siswa-siswinya untuk diganti hanya oleh 10 orang siswa lainnya. Bahkan untuk para siwa barunya ini ia mengabdikan dirinya 24 jam sehari. Disitu ia telah benar-benar turun menjadi Mr Nobody.

Disitu tidak ada seorang pun yang mengenal dia, bahkan tidak ada seorang pun yang pernah membaca buku hasil karyanya. Begitu juga tidak ada seorang pun yang merasa kagum terhadap dirinya sebagai
guru besar yang memiliki gelar sepanjang 1 meter. Disitu ia benar- benar menjadi Mr. Nobody tulen. Masalahnya semua anak didiknya sekarang ini adalah anak-anak yang cacad mental. Melalui anak-anak
cacad tsb baru dia menyadari, bahwa segala prestasi yang pernah diraih sebelumnya itu, tidak ada manfaatnya sama sekali dalam pergaulannya dengan mereka.

Boro-boro bisa membaca dan menulis, mandi sendiri pun mereka sudah tidak mampu lagi. Dari guru besar dihadapan ratusan siswa berubah menjadi pelayan untuk melayani anak-anak cacad. Dimana setiap
harinya ia harus membersihkan badan mereka dari kotoran-kotorannya. Bantu menyikat gigi maupun mencukur jenggot mereka dan juga membantu memakai pakaiannya sebelumnya diletakan di kursi rodanya.

Salah satu diantaranya adalah seorang pemuda yang bernama Adam. Bagi kebanyakan orang Adam itu sudah benar-benar tidak berguna sama sekali, sehingga sebenarnya percuma saja ia dilahirkan juga. Adam
walaupun usianya sudah mencapai 25 tahun, tapi ia masih harus dirawat seperti layaknya seorang bayi. Ia tidak bisa makan maupun minum sendiri, sehingga untuk ini ia harus menyuapi dan menunggunya
dengan sabar. Buang air besar pun tidak bisa, maka dari itu setiap hari ia harus mencuci celana maupun badannya yang penuh dengan kotoran yang bau. Ia juga seorang penderita epilepsi yang parah
sehingga badannya sering menjadi kejang dan kaku.

Pekerjaan yang tidak ringan maupun mudah dan terlebih lagi membutuhkan banyak kesabaran. Untuk ini tidak ada penghargaan maupun ucapan terima kasih dari Adam, sebab boro-boro bisa berbicara,
senyum atau menangispun Adam sudah tidak bisa lagi. Hanya sekali pernah terlihat dimana Adam mengeluarkan air mata yang mengalir di pipinya.

Mungkin bagi orang lain apa yang dilakukan Henri sekarang ini adalah pekerjaan wong rendahan dan tiada artinya sama sekali, tetapi bagi dia bahkan masa hidup yang sekarang inilah yang terpenting di dalam
kehidupannya. Henri pernah mengutarakan bahwa ia telah mendapatkan banyak sekali berkat dari pelayanannya ini. Ia menilai bahwa dari fisik dan pikiran Adam muncul seorang manusia yang paling baik yang telah menawarkan dan memberikan kepada dia suatu hadiah yang paling indah daripada apa yang bisa ia berikan kepadanya ialah pelajaran tentang cinta kasih. Dari situlah ia merasa bahwa sebenarnya ialah yang dilayani oleh Adam untuk belajar melayani, bersabar maupun berbagi kasih yang tak berkesudahan.

Apa yang diucapkan oleh Henry ini bukannya hanya sekedar basa-basi, sebab untuk ini ia telah menulis satu buku khusus, mengenai hikmah dan pelajaran apa saja yang telah ia dapatkan dari Adam dalam
bukunya “Adam´s Peace”.

Bayangkan saja ia seorang guru besar dari universitas bergengsi, ternyata telah bisa menimba ilmu dari anak-anak cacad. Anak-anak cacad tsb telah berhasil mengajarkan kepada Henry apa artinya cinta
kasih itu. Terlebih lagi disitulah baru ia menyadari, bahwa bahwa apa yang membuat kita menjadi manusia, bukanlah gelar, harta, maupun jabatan kita. Begitu juga bukanlah otak kita, tapi hati kita!

Bukan kemampuan kita berpikir, tetapi kemampuan kita untuk mengasihi. Henry telah turun menjadi Mr Nobody dimata dunia, tetapi dilain pihak ia telah berhasil menjadi VIP dimata Sang Pencipta.

Mr. Henry Josef Michael Nouwen (1932 - 1996) dengan sengaja telah meninggalkan komunitas orang-orang hebat dan bergengsi untuk memilih hidup di komunitas anak-anak cacad di L´Arche Daybreak di Toronto. Ia melayani disitu terus sampai dengan akhir hayatnya. Ia juga seorang penulis buku rohani. Lebih dari 40 buku rohani yang pernah ia tulis salah satu bukunya yang paling banyak dibaca ialah: “Innder
Voice of Love”.

Menurut ukuran dunia keberhasilan seseorang diukur berdasarkan keberhasilan maupun ketinggian yang bisa diraih oleh orang tsb dengan motto “How high can you fly?” Beda dengan dunia kerohanian.
Disana berlaku motto kebalikannya ialah “How low can you go?”. Jalan ilahi adalah jalan yang menurun kebawah.

Read more


MOTIVASI

Ada banyak cara untuk memotivasi orang lain mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu tugas maupun mengatasi persoalan atau tantangan yang dihadapinya. Salah satu karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan atau misi dari organisasinya. Seorang pemimpin yang tidak mampu memotivasi orang-orangnya, tidak lebih dari seorang penunjuk jalan, yang tahu ke mana harus pergi tetapi sepenuhnya tidak dapat mengendalikan mereka yang dipandunya.


Pengelola rubrik:
Aribowo Prijosaksono
dan Roy Sembel


Jenderal Norman Schwarzkopff, pemimpin Sekutu semasa Perang Teluk menunjukkan bahwa seorang pemimpin dalam militer yang memiliki wewenang untuk memaksakan kepatuhan, biasanya adalah seorang motivator yang buruk. Pada prinsipnya, jika kita selalu menggunakan pendekatan kekuasaan untuk memaksa orang lain melakukan sesuatu, maka organisasi kita tidak akan bertahan lama. Jika ada sedikit kesempatan, maka orang-orang dalam organisasi kita akan keluar atau paling tidak kinerja (performance) mereka jauh dari yang kita harapkan. Banyak sekali organisasi atau perusahaan mengalami turnover yang besar karena pegawainya tidak memiliki motivasi yang benar.

Hubungan Motivasi dengan Emosi
Kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi anggota timnya sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya (EQ-nya). Paling tidak (sebagaimana pernah kita bahas dalam edisi Mandiri 13 tentang Manajemen Emosi) ada enam keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, sebelum dia dapat memimpin orang lain, yaitu:

Mengenali emosi diri
Keterampilan ini meliputi kemampuan kita untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya kita rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Ketidakmampuan untuk mengenali perasaan membuat kita berada dalam kekuasaan emosi kita, artinya kita kehilangan kendali atas perasaan kita yang pada gilirannya membuat kita kehilangan kendali atas diri dan hidup kita.

Mengelola emosi diri sendiri
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada kita. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri (self controlled) yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri (achievement motivation). Kendali diri emosional – menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati – adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.

Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.

Mengelola emosi orang lain
Jika keterampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antarpribadi, maka keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antarmanusia. Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antarpribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antarkorporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antarindividu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain (baca: membina hubungan yang efektif dengan pihak lain) semakin tinggi kinerja organisasi itu secara keseluruhan.

Memotivasi orang lain
Keterampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari keterampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan handal.

3 Jenis Motivasi
Jadi memotivasi orang lain, bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu: pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat, orang membeli polis asuransi karena takut jika terjadi apa-apa dengannya, anak-istrinya akan menderita.
Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya.
Dalam buku The One Minute Manager, kedua penulis (Kenneth Blanchard dan Spencer Johnson) merangkum topik bahasan kita mengenai motivasi ini dalam sebuah ilustrasi yang amat menarik mengenai Manajer Satu Menit. Untuk menjadi manajer yang efektif dan dapat memotivasi anak buah untuk mencapai sasaran perusahaan, maka ada tiga hal yang harus dilakukan.
Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari orang yang dipimpinnya dengan menetapkan berbagi misi atau sasaran yang akan dicapai. Kita sebagai pemimpin perlu berbagi dengan tim kita untuk secara bersama melihat visi secara jelas dan mengapa kita melakukannya. Motivasi yang benar akan tumbuh dengan sendirinya ketika seseorang telah dapat melihat visi yang jauh lebih besar dari sekadar pencapaian target. Sehingga setiap orang dalam organisasi kita dapat bekerja dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam dirinya.
Hal kedua dan ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang manajer efektif adalah memberikan pujian yang tulus dan teguran yang tepat. Kita dapat membuat orang lain melakukan sesuatu secara efektif dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Bahkan dalam bukunya yang melegenda, Dale Carnegie (How to Win Friends and Influence People) menempatkan ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani manusia, yaitu: (1) jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, dan (2) berikan penghargaan yang jujur dan tulus. Manusia pada prinsipnya tidak senang dikritik, dicemooh atau dicerca, tetapi sangat haus akan pujian dan apresiasi. Tetapi kritik atau teguran yang tepat seringkali justru diperlukan untuk membangun tim kerja yang kokoh dan handal. Yang penting dalam menegur orang lain adalah bukan pada apa yang kita sampaikan tetapi cara menyampaikannya. Teguran yang tepat justru dapat menjadi motivasi dan menimbulkan reaksi yang positif.
Penelitian yang dilakukan dalam lima puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak semata didasarkan pada nilai uang yang diperoleh (monetary value). Ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang terpenuhi, maka dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja , dan hal-hal yang memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya orang bekerja atau melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy).

sumber:
Sinar Harapan

Read more


Usia Adalah Rahasia Tuhan



Berapa seringkah kita mengantar mayat ke kubur? Berapa seringkah kita menyolatkan jenazah? Mungkin kita sudah sering, bahkan sangat sering. Entah itu tetangga kita, sahabat kita ataupun orang tua kita.

Sahabat, Idul fitri kemarin adalah hari yang begitu istimewa. Tidak hanya untuk orang yang telah berhasil melewati ramadhan. Tetapi juga untuk jenazah-jenazah yang dipanggil untuk dikembalikan. Jasad tubuh yang dipinta oleh pemiliknya. Nyawa yang dipinta oleh pemberi pinjaman. Iya sahabat, tubuh dan nyawa yang saat ini berada pada saya penulis artikel ini maupun pada diri sahabat yang saat ini membaca artikel ini, sejatinya adalah pinjaman. Akankah kita berontak untuk menolak dipintanya apa-apa yang dipinjamkan kepada kita? Misalkan iya, seberapakah mampu kita menolaknya?

Sesungguhnya apa yang ada di langit dan di bumi adalah milikNya. Tiada satupun yang dapat menandingi kekuasaanNya. KekuasaanNya adalah apa yang ada di langit dan di bumi. Serta di alam yang tidak kita ketahui.

Sahabat, kami ingin bercerita tentang saudara kami yang meninggal di tanggal 1 syawal kemarin. Beliau adalah Imam Mukti.
begini ceritanya.

1 Syawal adalah hari yang menggetarkan. Bagaimana tidak, gema takbir membahana dimana-mana. Sehingga dada-dada setiap muslim menjadi hanyut dan terbawa kesuasana haru. Pagi itu Bpk. Mukti (60 th) melakukan shalat id. siapa sangka kalau shalat inilah shalat id terakhirnya. Sehabis shalat id, anak-anak sungkem, kemudian beliau meminjam sepeda motor tetangga untuk berziarah kemakam ibu dan bapaknya. Sekitar 20 menit perjalanan. Setelah ke makam ibu bapaknya, dia mengunjungi adik-adiknya yang kebetulan tidak begitu jauh dengan makam bapak ibunya.

Setelah itu pulang, dan mengembalikan motor beserta kuncinya ke tetangganya. Namun, sebelum sempat berdiri tiba-tiba dia terhuyung-huyung dan jatuh. Oleh tetangganya, dia diangkat, namun betapa terkejutnya karena setelah diangkat Bpk. Mukti telah meninggal dunia.
Ya, Pak Mukti telah dipanggil pemiliknya disaat yang tiada orang dapat menduganya. Beberapa hari sebelumnya Pak Mukti memang sakit, tetapi pada hari itu dia kelihatan sangat sehat. Mungkin Tuhan ingin kita belajar, bahwa mati bisa datang saat kita sehat ataupun sakit.

Read more


Bahagia ada pada Jiwa yang Bisa Bersyukur



Apakah anda pernah membayangkan menulis buku bukan dengan tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya? Bayangkan kalau anda menulis dengan kelopak mata kiri? Jika Anda mengatakan itu hal yang mustahil untuk dilakukan, Anda tentu belum mengenal orang yang bernama Jean- Dominique Bauby. Seorang pemimpin redaksi majalah Elle, majalah kebanggaan Prancis yang digandrungi wanita seluruh dunia.

Betapa mengagumkan semangat hidup dan tekad maupun kemauannya untuk menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan. Setelah tahu apa yang dialami si Jean dalam menempuh hidup ini, Anda pasti akan berpikir, “Berapa pun problem dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!”

Tahun 1995, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total yang disebutnya “Seperti pikiran di dalam botol”. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya.

Begini cara Jean menulis buku. Mereka (keluarga, perawat, teman- temannya) menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. “Bukan main,” kata Anda.

Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh “menulis” dengan cara si Jean, barang kali kita harus menangis dulu berhari-hari dan bukan buku yang jadi, tapi mungkin meminta ampun untuk tidak disuruh melakukan apa yang dilakukan Jean dalam pembuatan bukunya.

Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang ditulisnya secara sangat istimewa. Judulnya, “Le Scaphandre” et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).

Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah pun, dia tidak mampu, karena seluruh otot dan saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut kita teladani adalah bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik dan tetap menjadi seorang manusia (bahasa Sansekerta yang berarti pikiran yang terkendali), bahkan bersedia berperan langsung dalam film yang mengisahkan dirinya.

Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan kita yang hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh..! Coba ingat-ingat apa yang kita lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas juga menggerutu. Punya anak banyak mengeluh, tidak punya anak juga mengeluh. Carl Jung, pernah menulis demikian: “Bagian yang paling menakutkan dan sekaligus menyulitkan adalah menerima diri sendiri secara utuh, dan hal yang paling sulit dibuka adalah pikiran yang tertutup!”

Maka, betapapun kacaunya keadaan kita saat ini, bagi yang sedang stres berat, yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain, atau anggota keluarga yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, yang baru mendapat musibah kecelakaan atau bencana, bagi yang sedang di-PHK, ingatlah kita masih bisa menelan ludah, masih bisa makan dan menggerakkan anggota tubuh lainnya. Maka bersyukurlah, dan berbahagialah…! Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut abadi, tapi bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank (berpikir, kemudian berterima kasih/ bersyukurl).

Dalam artikel yang berjudul Kegagalan & Kesuksesan Hasil Konsekuensi Pikiran ( SPM 26 Februari 2005) dituliskan, seseorang yang sadar sepenuhnya, dia datang ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa (jiwa). Nah, nyawa itu harus dirawat dengan menjalani kehidupan
secara bertanggung jawab. Dengan nyawa ini pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di manapun dia berada, dan dalam kondisi apapun, dia harus bisa bahagia. Kunci kebahagiaan adalah bersyukur! Mensyukuri apa yang kita dapat itu penting, termasuk sebuah nyawa agar kita bisa hidup di alam ini. Dan kebahagiaan bisa dibuat, dengan tidak meminta (menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar mereka bahagia. Jadilah seseorang yang merasa ada gunanya untuk kehidupan ini.

Untuk itu, Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Justru banyak orang yang sukses itu sebetulnya orang yang telah banyak mengalami kegagalan.

Berpikirlah positif, Anda akan menjadi orang yang beruntung. Banyak cerita tentang keberuntungan berasal dari kejadian-kejadian yang tidak menguntungkan. Misalnya, kehilangan pekerjaan memunculkan ide besar untuk mulai bisnis sendiri dan menjadi majikan. Ditolak pun bisa mendatangkan kesuksesan. Tetapi, untuk mendapatkan
keberuntungan diperlukan usaha. Dan mulailah sekarang juga untuk berusaha!

Sumber: Bahagia, ada pada Jiwa yang Bisa Bersyukur oleh Lianny Hendranata

Read more


Telinga dan Tangan Ibu




Berada bersama ibu begitu menenangkan. Sebab rasanya ibu tak pernah lelah menjadi ‘telinga terbaik’ bagi setiap cerita yang mengalir deras dari mulut saya, setiap kali sampai di rumah, selesai beraktifitas seharian. Ibu tak perlu bertanya apapun, saya akan duduk manis berlama-lama di kamarnya, menumpahkan segala yang telah memenuhsesakkan dada ini. Saya tak pernah berpikir sebelumnya, bahwa celoteh saya saat itu bisa jadi akan menambah lelah dan memberatkan beban yang sudah menggelantung di pundak ibu. Tapi senyumnya tetap melipur hati, seolah letih itu tak ada.

Hari itu, saya begitu tergesa sampai di sekolah, hampir saja terlambat. Pagi-pagi sekali, tidak seperti biasanya, saya telah ikut sibuk membereskan banyak sekali barang. Sekitar pukul tujuh, saya dan ibu telah berada di sebuah lobby hotel terkenal di Jakarta. Hari itu, untuk yang pertama kalinya, saya berhadapan dengan sekian banyak turis yang berseliweran dengan wajah-wajah penuh antusias memandangi, melihat-lihat, dan bercakap-cakap dengan kami-para penjaja barang dagangan di stand bazaar. Kali itu, saat yang istimewa bagi ibu, hari pertama menjadi peserta bazaar yang dihadiri para turis maupun pekerja asing. Saya pun tak kalah semangatnya, sepanjang siang di sekolah tak henti-hentinya tersenyum-senyum sendiri, sampai teman sebangku saya-Rani namanya-rasanya sudah begitu bosan mendengar celotehan saya tentang pengalaman pagi itu. Menyaksikan dan terkikik geli mendengar ibu bercakap-cakap dengan para pembeli. Ngawur, tapi tetap saja ngotot. Padahal ibu tak bisa berbahasa Inggris.

Saya rasa Allah telah menganugerahkan ibu sepasang ‘tangan ajaib’. Saya ingat, belasan tahun lalu, saat saya duduk di bangku SD, rumah kami penuh dengan pernak-pernik. Saat itu, puluhan gulung pita berwarna-warni menumpuk di sudut kamar. Berjejeran pula berlembar-lembar karton tebal, busa, serta tumpukan kain. Saat itu, saya selalu senang memandangi dan bermain-main di ‘pojok berantakan’ milik ibu. Kedua tangannya telah menghasilkan barang-barang yang begitu menarik di mata saya. Saat itu, saya dengan gembira menyambut tawaran ibu untuk menjadi ‘asistennya’. Dan saya pun asyik bergumul dengan plastik-plastik kecil, membukanya kemudian memasukkan pita rambut warna-warni hasil karya ibu, dan menjepitnya dengan stapler. Hanya itu. Ibu tak memperkenankan saya untuk menyentuh ‘tempat foto’ cantik buatannya, yang digantung berjejer di dinding mar. Belum lagi tumpukan souvenir pesta pernikahan, entah ada berapa ratus. Kegembiraan saya berada di antara benda-benda menarik itu seperti membuat saya lupa, bahwa saya sering menemukan ibu terkantuk-kantuk duduk di ‘meja operasi’nya sampai tengah malam, menyelesaikan pesanan.

Ibu telah menghabiskan entah berapa bagian waktu dalam hidupnya untuk menjadi ‘ember’ ternyaman bagi diri saya. Di sanalah saya menumpahkan segala macam hal yang sering membuat ibu tersenyum geli, tertawa, atau mungkin juga turut bersedih atas apa yang saya alami. Ajaibnya, kini saya tak lagi perlu memulai percakapan itu. Sepertinya ibu telah mengetahui segala isi hati saya, tanpa perlu saya ungkapkan. Begitukah seorang ibu? Saya sempat berpikir, tak usahlah lagi menceritakan segala hal padanya. Mungkin itu hanya akan menambah lelahnya. Saya memutuskan untuk berhenti berceloteh pada ibu, toh saya sudah dewasa, dan tak lagi pantas memberatkannya dengan hal-hal tak penting macam celotehan itu. Namun hari itu, ibu menelpon saya ke kantor dan menegur saya, “Ta, kapan kamu ke rumah? Kita kan udah lama nggak cerita-cerita…”

Ibu tak hanya pendengar setia bagi celoteh anaknya, namun ia juga telah memberi dan mengajarkan saya banyak hal melalui kedua ‘tangan ajaib’nya. Ia mengajarkan saya untuk selalu berusaha menjadi pendengar yang baik bagi orang lain, melalui mimik wajah serta kalimat-kalimatnya menanggapi setiap perkataan yang saya ucapkan. Saya belajar, bahwa setiap perhatian kecil yang diberikan kepada seorang anak, maka yang tersimpan padanya adalah sebuah kasih sayang besar dan keyakinan bahwa ia disayangi. Saya belajar, bahwa kedua tangan anugerah Allah ini, adalah modal bagi kerja keras yang harus dilakukan demi orang-orang tercinta, keluarga. Entah apapun yang dapat diperbuat.

Saya tak heran, betapa banyak teman dan relasi bisnis yang ibu miliki sekarang. Banyak pula kerabat dekat yang betah berlama-lama mengobrol dengan ibu. Tak sedikit orang yang mengagumi ‘bakat’ yang mereka katakan terhadap keterampilan yang ibu miliki. Ibu menyebutnya hobi, tapi saya memahaminya sebagai cara ibu bersenang-senang dengan ‘tuntutan’ padanya untuk membantu ayah membiayai keluarga. Seringkali lelah membayang dalam raut wajah ibu, namun tak jarang saya mendapatinya berbinar kala ‘tangan ajaib’nya telah berhasil ‘menciptakan’ karya baru.

Sekarang ini, adalah giliran saya untuk menjadi ‘telinga terbaik’ bagi ibu sampai hari tuanya nanti, dan mempersembahkan hasil yang dapat saya raih dari kedua belah tangan ini untuk membahagiakannya.


Sumber: Eramuslim.com

Read more


Peranan Sikap Positif Dalam Organisasi

Sikap positif seringkali disinonimkan dengan kebaikan , kebenaran, dan kejujuran. Dan, semua itu adalah benar. Sikap positif adalah kunci buat organisasi Anda untuk bisa memasuki dunia yang penuh dengan rasa gembira, bahagia, nyaman, damai, tenang, senang, makmur, bangga, cinta, kasih sayang, keyakinan, berhasil, menang, aman, sehat, bersyukur, dan segalanya dalam kedamaian abadi. Organisasi itu sendiri seperti sebuah kapal yang sedang berlayar di tengah samudra keramaian, kapal yang membawa harapan, yang orang - orangnya bermimpi untuk makmur dan sejahtera.
Sebagai nakhoda kapal yang membawa harapan dan mimpi banyak orang, pemimpin haruslah cerdik dan cerdas dalam menakhodai kapal dalam bentuk organisasi yang efektif. Pemimpin memiliki tanggung jawab yang sangat besar atas keselamatan organisasi dan masa depan dari semua pengikutnya. Pemimpin harus yakin dan percaya bahwa ia tidak boleh lalai untuk menyebarkan sikap positif dalam organisasinya, sebab sikap positif yang tersebar secara sempurna dalam organisasi, akan mendatangkan prestasi dan kinerja yang membahagiakan semua stakeholdersnya tanpa terkecuali, dan pemimpin juga harus bisa bertindak sebagai panutan dengan mempertunjukkan keteladanan yang terpancar melalui sikap positifnya tersebut.
Sikap positif akan menghidupkan semangat setiap orang untuk berpikir dan bertindak secara proaktif dalam segala aspek pekerjaan, dan sikap ini akan mengantar organisasi menuju sukses sepanjang perjalanannya. Pemimpin yang tidak begitu peduli pada sikap positif, yang juga tidak peduli kepada keberadaan orang lain dalam organisasi, akan terpencilkan oleh kegagalan, dan ia pada akhirnya akan merasakan penderitaan dalam kesendirian jiwa yang tanpa bahagia. Sikap positif tidak hanya akan membuat sebuah kepemimpin dihormati oleh banyak orang, tapi juga membuat jiwa sang pemimpin tidak kosong dan sunyi dalam kesepian panjang. Dalam dunia nyata ada dua sikap kehidupan, yaitu sikap positif yang mewakili segala sifat optimis, prasangka baik, dan percaya diri dari segala kebaikan hidup, dan sikap negatif yang mewakili segala sifat kecurigaan, ketidakpercayaan, kegagalan, dan keputusasahan dari segala keburukan hidup. Kedua sikap ini bukanlah takdir atau turun dari langit, dan secara terpaksa, tanpa pilihan harus Anda lakoni. Tetapi kedua sifat tersebut berasal dari diri kita sendiri, yang muncul akibat perilaku dan persepsi terhadap makna hidup. Bila Anda cerdas mengisi jiwa, pikiran, dan raga Anda dengan sifat positif, maka Anda pasti memaknai kehidupan ini dari sisi kebaikan, dan selanjutnya Anda juga akan mampu menjadi pemimpin unggul yang sukses menyebarkan sikap positif ke dalam setiap sudut organisasi, dan ke setiap jiwa, pikiran, dan raga, yang ada dalam organisasi Anda.
Pemimpin tidak boleh berdiam diri melihat organisasinya berjalan tanpa arah tujuan, dan pemimpin harus memiliki sikap yang bisa merangkul semua orang untuk menuju arah yang benar. Pemimpin harus bertindak dengan niat baik terhadap semua kepentingan melalui langkah - langkah yang harus dilakukan tanpa pilih kasih, jangan ada sikap negatif yang menutupi semua aspek kepemimpinan yang profesional. sikap negatif biasanya muncul dalam wujud saling curiga, tidak percaya, kecewa, kekurangan, kecurangan, kesendirian, kebingungan, amarah, stres, sakit hati, bertutur kata kasar, egois, cari menang sendiri, tidak peduli, dan masih ada banyak lagi sikap negatif yang bisa menghambat keberhasilan organisasi mencapai puncak suksesnya.
Pemimpin haruslah bisa menjadi contoh dari perilaku sikap positif tersebut, dan pemimpin harus bisa menghapus semua sikap negatif dari tubuh organisasi secara sempurna melalui pencerahan terhadap semua aspek kehidupan organisasi dengan sikap dan kultur positif, baik melalui tindakan yang berkredibilitas tinggi, maupun melalui cara berpikir yang benar dan jujur.
Setiap langkah kepemimpinan yang baik akan digerakan melalui nafas yang berisikan sikap positif. Sikap positif menjamin keseimbangan hidup dari semua aspek kepemimpinan yang harus Anda lakoni secara transparan, jujur, adil, bertanggungjawab, dan berarah ke tujuan yang benar. Sikap positif juga telah terbukti sebagai obat termujarab dalam mencapai ketenangan, kebahagian, kedamaian, dan kesehatan hidup dari seseorang. Bila Anda telah mampu mengisi semua isi pikiran dan isi raga Anda dengan sikap positif, maka Anda pasti akan menjadi seorang pribadi yang sehat, sabar, bersyukur, pantang menyerah, dan selalu mencari segala kebaikan hidup untuk tinggal secara abadi dalam jiwa, raga, dan pikiran terdalam Anda.
Sikap positif akan membuat Anda merasa berguna dengan segala yang telah Anda pelajari dalam perjalanan kehidupan Anda. Sikap positif juga tidak akan menjadikan Anda untuk hidup dalam kekosongan jiwa terdalam. Sikap positif akan selalu menghadirkan kejutan - kejutan yang bersifat menguntungkan dan membahagiakan Anda. Sebagai pemimpin sejati, tugas terberat Anda adalah memastikan bahwa semua orang dalam organisasi telah merasakan bahagia, nyaman, aman, sehat, makmur, dan bermasadepan yang lebih cerah. Semua itu hanya bisa terwujud bila Anda memiliki kemampuan yang andal dalam menyebarkan sikap positif dalam organisasi secara murni sebagai perilaku kultur kehidupan sehari-hari dari setiap orang, termasuk para pemimpinnya yang berada dalam semua level organisasi.
Sikap positif adalah bahasa kehidupan yang termulia untuk setiap orang dalam mencari kehidupan yang penuh berkah dan makna.

Read more


Selamat Tinggal Takut

Para Pahlawan Sejati Lahir Karena Rasa Berani Mereka Dalam Mengusir Semua Rasa Takut Dari Hidup Mereka, Setelah Rasa Takut Hilang, Para Pahlawan Sejati Itu Bertindak Bersama Rasa Berani Dalam Mewujudkan Semua Nilai-Nilai Kebaikan Buat Hidup Banyak Orang.
Orang-Orang Yang Hidup Dalam Rasa Takut Dan Rasa Gelisah Berlebihan Pasti Akan Kehilangan Semua Dari Hidupnya


Setiap orang memiliki dua sifat kehidupan yang saling berlomba ingin menguasai jiwa, raga, dan pikiran, yaitu rasa takut dan rasa berani. Kedua sifat ini selalu berlomba untuk menjadi lebih dominan, tapi semuanya tergantung pada sikap. Apakah membiarkan rasa takut mendominasi hidup, ataukah membiarkan rasa berani yang berkembang di dalam mental diri ? Yang pasti hanya para pemberanilah yang akhirnya menjadi pemenang sejati di dalam hidupnya, sedangkan para penakut hanya akan berkubang dalam kehidupan yang penuh beban dalam wujud penderitaan batin dan ekonomi.
Hidup ini sesungguhnya diciptakan untuk membahagiakan dan memakmurkan setiap individu. Dan untuk itu, semua potensi sukses telah ada di dalam diri masing-masing orang, tapi sayangnya kebanyakan orang terlanjur hidup dalam batas-batas ketakutan yang mendalam. Akibatnya, rasa takut itu menghapus semua potensi dan semangat hidup. Jelas, sukses pun lari dari kehidupan Anda, sebab sukses itu hanya mampu hidup di dalam jiwa dan raga sang pemberani.
Rasa takut itu seperti sebuah virus yang sangat berbahaya, yang lahir dari sifat tidak percaya diri. Tetapi, bila Anda mampu menjinakan setiap virus-virus rasa takut itu dengan daya tahan mental dan fisik yang kokoh, maka Anda pasti menjadi pribadi yang kebal terhadap rasa takut, dan Anda juga pasti akan menjadi pribadi yang kokoh dan yang tak tergoncangkan oleh badai kehidupan apapun.
Ketika di dalam hidup Anda rasa takut mencoba memisahkan jiwa Anda dari raga Anda, maka Anda harus bangkit dengan semangat tinggi untuk melawan rasa takut dan mengusir rasa takut itu dengan berani. Membiarkan rasa takut menguasai mental Anda sama artinya dengan membiarkan diri Anda diinjak-injak oleh kekuatan dari luar diri Anda. Mengutip kata-kata kuno ” jangan takut, dan jangan gentar! Tidak akan terjadi apapun pada dirimu, jika Tuhan menginginkan kamu bahagia dan sejahtera”. Kata-kata kuno itu benar adanya, memang tidak akan terjadi apa-apa pada orang-orang yang tidak menakutkan sesuatu, hanya orang-orang yang hidup dalam rasa takut dan rasa gelisah berlebihan yang berpotensi kehilangan semua dari hidupnya. Hidup ini hanya sebuah perjalanan singkat, dan sangatlah terhormat bila kita lalui semua perjalanan hidup ini dengan rasa berani dan tanpa rasa takut sedikitpun. Para pahlawan sejati lahir karena rasa berani mereka dalam mengusir semua rasa takut dari hidup mereka, setelah rasa takut hilang, para pahlawan sejati itu bertindak bersama rasa berani dalam mewujudkan semua nilai-nilai kebaikan buat hidup banyak orang. Seorang pribadi penakut tidaklah pantas menjadi pahlawan. Sebab, para pahlawan itu ada hanya oleh kemampuan mereka menghapus rasa takut sampai ke akar-akarnya, dan setelah itu mereka isi raga dan jiwa mereka dengan zat keberanian.
Rasa takut hanya akan menuntun Anda terjun ke jurang derita, sedangkan rasa berani akan menuntun Anda dengan penuh kesabaran menuju puncak kehidupan tertinggi.
Saatnya waktu Anda untuk merenungkan makna kehidupan yang tidak abadi ini. Di mana, kehidupan ini hanya sebuah perjalanan singkat yang penuh godaan nafsu dan ambisi. Menyeimbangkan semua aspek kehidupan dalam sebuah keharmonisan hidup adalah lebih penting dari sekedar mengikuti nafsu dan ambisi diri yang tak terkendali. Hidup ini hanya sekali dan setelah itu kita akan menyatu dengan bumi. Oleh sebab itu, janganlah membuat hidup ini berkubang dalam jurang rasa takut, tapi hapuslah semua rasa takut itu melalui doa dan rasa syukur pada Tuhan. Biarkan hidup ini berjalan dalam rasa berani yang penuh optimis, dan nikmati setiap kejadian dalam perjalanan hidup ini sebagai proses pembelajaran untuk mendaki ketempat yang lebih tinggi. Jangan biarkan rasa takut menghapus semangat dan gairah hidup Anda.

Seorang Pribadi Penakut Tidaklah Pantas Menjadi Pahlawan. Sebab, Para Pahlawan Itu Ada Hanya Oleh Kemampuan Mereka Menghapus Rasa Takut Sampai Ke Akar-Akarnya, Dan Setelah Itu Mereka Isi Raga Dan Jiwa Mereka Dengan Zat Keberanian.

Read more


Ciptakan Kemenangan Anda

Sukses memang tidak akan dapat diraih tanpa perjuangan dan kerja keras. Semua orang pasti menyepakati pendapat itu. Atau seperti yang dikatakan seorang mentor saya dalam sebuah seminar, "Tidak ada sukses yang diraih dalam semalam." Sekarang, semua orang bekerja keras dan berjuang mati-matian untuk mewujudkan cita-cita mereka. Pertanyaannya: kenapa hanya sebagian kecil yang bisa mewujudkan impian mereka?

Ternyata kalau kita renungkan, mungkin mereka melakukan hal yang sama: bekerja dengan sama kerasnya. Tapi yang ada di kepala (pikiran) mereka berbeda. Yang satu beranggapan bahwa sukses itu sulit dicapai, tapi satunya lagi berpikir bahwa tidak ada yang sulit kalau kita bisa memikirkannya, bisa membayangkan/memvisualisasikannya dan bertindak sejalan dengan impian sukses yang diidam-idamkan tersebut.

Jadi, pertama kali kita harus menciptakan kemenangan/kesuksesan di pikiran kita. Merdekakan pikiran kita dari segala belenggu (mental block) dan ciptakan kemenangan di pikiran kita terlebih dahulu. Munculkan keyakinan bahwa kita akan berhasil walaupun selusin kegagalan harus kita lalui. Kalau kita sudah melakukannya, pikiran akan menuntun tindakan fisik maupun perilaku mental untuk mewujudkan keberhasilan dan kemenangan yang ingin Anda raih. Yang harus kita lakukan saat ini hanyalah melangkah/bergerak/bertindak untuk menyesuaikan diri dengan hukum alam (sunnatullah) yang berlaku karena tidak mungkin ada akibat kalau tidak ada sebabnya. Kita harus menabur benih (ikhtiar) sebelum berharap menuai hasilnya.

Kita harus menyadari bahwa di tengah segala kekurangan dan keterbatasan, kita dapat menciptakan kemenangan/kesuksesan di bidang apa pun sesuai dengan impian kita. Kuncinya ada di pikiran kita. Jika pikiran Anda berkata bahwa "Anda pasti bisa!" maka itulah yang akan menjadi kenyataan dalam kehidupan nyata dengan syarat Anda mempersembahkan 100% usaha lahir dan batin untuk mewujudkannya. Usaha dan doa kita akan berjalan sesuai dengan kata pikiran kita, pikiran yang dominan-yang terekam dalam alam bawah sadar-yang akan menjadi semacam autopilot yang membimbing kita menuju apa pun yang menjadi tujuan hidup kita.

Separah apa pun cobaan hidup yang telah mendera kehidupan kita, selagi masih ada nafas yang berhembus, kita masih diberi kesempatan untuk meraih sukses. Sebuah kemenangan besar tercipta dari kemenangan-kemenangan kecil. Ciptakan kemenangan-kemenangan itu dan rayakan agar alam bawah sadar kita merespon bahwa sebenarnya kita adalah seorang pemenang. Kita bisa menghasilkan karya nyata yang luar biasa dan merangkai kesuksesan-kesuksesan kecil menjadi kesuksesan yang lebih besar.

Saya yakin setiap orang memiliki sumber daya cukup dan potensi diri yang belum semuanya tergali sehingga kita pasti bisa lebih cepat mencapai tujuan. Untuk itu, jika sekarang Anda sedang bersedih meratapi sebuah kegagalan yang menimpa; tunggu apa lagi, bangkitlah! Mungkin kegagalan itu menyakitkan, tapi lebih sakit lagi jika Anda hanya bersedih dan meratapi nasib. Bangkitlah, sekarang saatnya untuk mulai lagi dengan semangat dan upaya yang lebih dahsyat. Ciptakanlah kemenangan/keberhasilan Anda sekarang juga dimulai dari hal yang kecil yang bisa kita jangkau! Berani bermimpi, berani pula untuk mewujudkan mimpi itu dalam kehidupan nyata!

Suatu hari nanti kita pasti merasakan kebahagiaan dan kepuasan atas apa yang sedang kita perjuangkan hari ini. Hati kitalah yang nantinya akan bicara sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Helen Keller yang tidak bisa melihat dan mendengar, "Hal terbaik dan terindah yang tidak dilihat atau disentuh oleh dunia adalah hal yang dirasakan di dalam hati."

Kepuasan batin akan kita rasakan ketika sebuah keberhasilan kita raih. Mungkin hal itu terjadi ketika kita lulus seleksi penerimaan karyawan di sebuah perusahaan yang bonafid, atau ketika bisnis kita mulai berkembang, atau saat si dia yang menjadi pujaan hati membalas perasaan kita. Atau hal lain yang sederhana namun luar biasa bagi diri kita pribadi.

Agus Riyanto

Read more


Betapa Hal Kecil Bisa Bisa Merubah Hidup Anda

Anda mungkin sudah sangat sering mendengar nasehat ini, "api kecil adalah kawan, api besar adalah lawan". Maksudnya, saat api masih kecil ia adalah energi yang bersahabat dan menghangatkan. Akan tetapi, saat ia menjadi besar dan tidak terkendali, ia akan menjadi malapetaka yang menyengsarakan. Anda, biasa mencontohkannya dengan kebakaran.

Api yang kecil sering kita remehkan. Mungkin saja karena ia masih "no harm", cuma hangat dan sama sekali tidak panas. Api kecil kita remehkan hanya karena ia bersahaja dan bersahabat. Terus begitu sampai semuanya sudah terlambat. Itulah yang bisa terjadi sesungguhnya, yaitu sikap yang meremehkan. Maka, tidak jarang kita mendengar musibah kebakaran, yang terjadi "hanya karena" sepuntung rokok, setengah sisa lilin, atau sepercik sulut dari colokan AC yang "konslet".

Disadari atau tidak, Anda juga sangat mungkin sering memandang sesuatu dengan sebelah mata. Plastik kresek di tengah jalan. Botol air mineral yang menyumbat selokan. Sedikit air menggenang di batok kelapa yang telentang. Seulas oli yang merembes di sela-sela sil mesin kendaraan, dan sebagainya.

Bisa jadi, kita juga sering meremehkan apa yang ada pada orang lain. Orang yang cacat, orang yang tidak mampu, orang yang berpenampilan buruk, orang yang tak terdidik, orang yang ber-iq rendah, orang yang tidak bisa menyebutkan huruf "r" dengan benar, orang yang tidak ngganteng, dan sebagainya.

Bahkan disadari atau tidak, kita mungkin sudah terbiasa juga dalam meremehkan, apa-apa yang ada pada diri dan di dalam jiwa kita. Bahwa Anda perlu mencoba menulis, sebanyak Anda berbicara atau mendengar, Anda belum tentu melakukannya. Bahwa kita perlu secara teratur berolahraga, kita mungkin lebih memilih bergelung dipagi buta. Bahwa Anda perlu juga berekreasi dan tidak terlalu gila dalam bekerja. Bahwa Anda tidak perlu terlalu banyak bagadang. Bahwa Anda musti selalu berpikiran positif. Bahwa Anda perlu untuk sering bersilaturahim. Bahwa Anda perlu ikhlas dan menerima keadaan tanpa terlalu banyak bertanya, dan sebagainya.

Semua itu mungkin saja kita remehkan, sampai semuanya mulai terbuka. Terbuka menyeruak dan menunjukkan sikap protesnya. Maka, mulailah tubuh Anda merasa kurang fit. Hati Anda lebih mudah terguncang dan tergoyahkan. Fisik Anda mulai melemah. Pikiran Anda mulai kacau. Iri dan dengki mulai menghinggapi. Bermacam-macam implikasinya. Bagaimana dengan tekanan darah? Bagaimana dengan kondisi jantung yang mungkin bisa menjadi lemah?

Kesadaran itu seperti hampir selalu terlambat datangnya. Sebabnya, hanya karena kita telah terlanjur meremehkan dan menunda. Jika Anda tidak termasuk dalam contoh di atas, ya syukurlah. Anda, bisa jadi sehat jiwa dan raga. Congratulation!

HAL KECIL BISA MERUBAH HIDUP ANDA

Dua pertanyaan yang paling sering harus Saya jawab berkaitan dengan workshop sehari Saya adalah:

Apakah satu hari bisa merubah hidup Saya?
Apakah perubahan itu akan permanen sifatnya?

Saya biasa menjawabnya dengan gambaran yang sederhana. Saya jelaskan sambil bertanya, "apakah satu detik bisa merubah hidup seseorang?" Kemudian Saya jawab sendiri, "ya!" Bagaimana hal itu bisa terjadi? Di sinilah kita sering lupa, karena sebenarnya jawaban pertanyaan itu selalu berseliweran di depan mata Anda!

Bukan bermaksud mendoakan terjadinya musibah dan bencana, ini hanya gambaran dan cerita.

Seseorang yang terbiasa berkendaraan di jalan tol, mungkin saja meremehkan aktivitas berkendaranya. Jika tidak berhati-hati, "kemelengannya" akan membawa celaka. Dan "meleng" itu, adalah jelas sebuah tanda meremehkannya. Atau jikapun yang bersangkutan sudah cukup berupaya untuk selalu fokus dan berkonsentrasi dengan kemudinya, mungkin saja tiba-tiba mobilnya pecah ban. Sangat mungkin bukan? Berapa detikkah itu terjadi? Berubahkan hidupnya? Berubahkah hidup keluarganya? Berubahkah hidup anak dan istri atau suaminya?

Sebuah pesawat yang terjun menghunjam ke laut dan terus merasuk sampai ke dasarnya, berapa detik? Kapal yang tenggelam ke dasar laut, berapa menit? Berubahkah kehidupan mereka, kehidupan sanak dan familinya? Ya! Hidup ini tidak akan pernah sama lagi bagi mereka.

Tapi Pak Sopa, bukankah semua itu adalah persoalan besar dan bukan hal kecil seperti yang Bapak maksud? Ya saudaraku, kita tidak bisa tidak, akan melihatnya sebagai sebuah peristiwa besar yang memilukan setiap hati dan mata. Peristiwa kemanusiaan yang penuh tragedi dan bela sungkawa. Memang itulah adanya.

Akan tetapi, bagaimanakah selama ini Anda melihatnya dengan kaca mata self development, dari kacamata pengembangan diri Anda sebagai seorang pembelajar? Anda mungkin lupa, atau bahkan Anda mungkin belum melihatnya. Itulah yang terjadi, dan itulah yang mungkin sudah terlanjur menjadi kebiasaan. Anda mungkin telah melupakan, bahwa itu bukan hanya peristiwa sosial yang nyata, akan tetapi juga pelajaran untuk pengembangan.

Maka, tidak aneh jika kemudian muncul berbagai reaksi terhadap semua itu, yang seolah-olah berkata, "kok bisa ya?" Ya tentu saja bisa! Lha wong selama ini sudah terlihat dengan jelas bahwa arahnya memang ke sana kok. Hanya saja, selama ini banyak orang hanya melihatnya sebagai sebuah fenomena sosial, fenomena melorotnya ekonomi, fenomena mundurnya sikap ke arah yang lebih "semau gue" dan "yang penting gue". Di mana fungsinya sebagai alat pengembangan diri, sebagai alat belajar dan antisipasi?

Hidup Anda bisa berubah hanya dalam sekian detik. Dan itu, Anda yang melakukannya, bukan Saya. Bukan siapa-siapa. Hidup kita bisa berubah dalam sekian detik, dan itu karena kita sendiri. Jika belajar Insya Allah positif, dan jika tidak tentu negatif. Seperti berbagai musibah yang terjadi selama ini.

Pertanyaan kedua, biasanya Saya jawab dengan berkaca pada berbagai kenyataan lain, yang melekat pada diri kita. Apakah uang Anda permanen? Apakah Anda akan selalu sehat sejahtera? Apakah nyawa Anda permanen? Apa yang harus Anda lakukan? Tentu saja memeliharanya selagi bisa!

Dan khusus untuk workshop Saya yang tentang percaya diri itu, Saya kembalikan saja kepada si penanya, bahwa semua ini adalah tentang mempercayai diri sendiri. Maka, seberapa jauh dan kuatkah keinginannya, untuk mempertahankan dan memelihara rasa percaya diri itu? Seberapa percayakah Anda, bahwa Anda memang akan selalu percaya diri? Tahukah Anda cara mempertahankannya?

Pada intinya, Anda tidak punya pilihan lain, kecuali melakukan tugas memelihara, sebagai limpahan tugas dari Tuhan Yang Maha Pemelihara. Sebesar apapun yang diamanatkan kepada Anda, dan tentu saja: sekecil apapun adanya.

TIDAK ADA YANG KECIL UNTUK PENGEMBANGAN DIRI ANDA

Perubahan hidup seseorang adalah sebuah titik balik. Adalah benar bahwa prosesnya berjalan dengan durasi dan eskalasi tertentu. Namun demikian, perubahan itu sendiri adalah sebuah titik. Sebuah titik puncak, yang karena merupakan puncak, seringkali terlewatkan dan dianggap kecil. Dan jika itu yang terjadi, maka bahkan prosesnya pun kita sering lupa. Kok bisa begini ya? Aku nggak habis pikir hasilnya seperti ini?

Adalah tidak aneh bahwa hidup seseorang bisa berubah - ke arah yang baik maupun ke arah yang buruk, hanya dalam waktu yang singkat dan dengan sebuah peristiwa yang "kecil". Betapa banyaknya kisah sufi yang memberi contoh, bahwa hal kecil adalah pelajaran yang sangat besar dan berharga. Maka, janganlah lagi Anda meremehkan apa yang Anda sebut dengan kecil, sebentar, singkat, "se-upil", "teri", minim, pendek, atau sekilas saja. Berhati-hatilah, karena semua itu sangat mungkin bisa merubah hidup Anda.

Jika Anda mabuk kemudian, Anda menusuk seseorang hingga mati, maka hidup Anda jelas berubah.
Jika Anda tidak sengaja menabrak orang lain hingga sekarat, hidup Anda juga akan berubah.
Berapa detik?

Perubahan besar di dalam hidup Anda, juga bisa terjadi "hanya" karena hal-hal yang "kecil".

Seorang peserta workshop Saya, menyatakan sangat puas di sore hari setelah selesai acaranya. Akan tetapi, ada pernyataan dia yang membuat Saya ingin menyelidiki. Pernyataan kepuasan itu, diutarakan dengan menyisipkan kata "padahal". "Saya sangat puas, padahal Saya ikut workshop ini dengan tanpa sengaja." Dua hal bahkan yang menggoda Saya, "padahal" dan "tanpa sengaja".

Waspadalah, there is no such thing as "padahal" dan "kagak sengaja". Semuanya adalah keputusan Anda. Dan tidaklah bijaksana jika Anda mengatakan "padahal" dan "tidak sengaja", hanya berdasarkan fenomena fisik saja. Sebab jika Anda terjerat olehnya, Anda cenderung mengecilkan berbagai hal yang sebenarnya besar dan bisa merubah hidup Anda.

Besar atau kecil, tidak terletak pada fenomena fisiknya. Sebab, bukan itu realitanya. Realitanya, adalah apa yang ada di kepala Anda. Itu sebabnya, Anda dianjurkan untuk tidak berhenti membaca sebuah buku, jika telah selesai membacanya sekali. Setiap orang bijak, akan mengatakan, "bacalah lagi, bacalah lagi, dan bacalah lagi". Jika Anda berhenti membacanya setelah satu kali, maka Anda telah mengecilkan makna sebuah buku, hanya karena frekuensi bacanya. Padahal, jika sekali baca belum berpengaruh pada diri Anda, tidak berarti membacanya sekali lagi akan begitu juga.

Jika Anda mendapatkan kado ulang tahun dari "yayang" Anda, dan Anda hanya mendapatkan sebuah figura, padahal Anda berharap mendapatkan berlian dan permata, apa reaksi Anda? Kecewa dan kemudian mengecilkannya? Jangan! Berpikirlah bahwa "yayang" Anda telah berupaya sekerasnya, dengan sepenuh cinta, dengan setulus hati, dengan rasa sayang setengah mati. Hanya itulah yang akan membuat Anda, tidak kehilangan makna.

Saya menelusuri ke staf Saya, berkaitan dengan "sejarah" dari peserta workshop Saya tadi. Dan ternyata, dia sudah menunda untuk mengikuti workshop Saya sampai tiga kali. Begini ceritanya.

Di suatu siang, ia memasuki sebuah kantin di bilangan Kuningan, untuk lunch. Hari itu, kebetulan ia sendirian. Di pintu kantin, ia melihat sebuah meja agak di pojokan, kosong tanpa penghuni. Ia menuju ke sana. Duduk dengan manis, dan mulai membaca menu mencari penganan yang dia mungkin suka. Dari sudut matanya, ia memperhatikan bahwa mejanya belum dibersihkan. Di sudut yang lain, matanya tertumbuk pada selembar kertas lusuh yang sudah setengah basah. Pikirnya, itu adalah kertas yang ditinggalkan oleh pejajan sebelumnya. Hmm, kertas yang sedang diremehkan dan dianggap tak berguna.

Selesai makan, ia penasaran. Disambarnya kertas itu, dan dibawanya pulang ke kantor. Entah bagaimana, kertas itu tetap dipertahankan dan tidak dibuangnya ke tong sampah. Mungkin, karena ia mulai tertarik dengan isinya, informasi tentang workshop Saya.

Saya tidak tahu apakah brosur workshop Saya itu sering dibacanya atau tidak, akan tetapi menurut staf Saya, ia menunda ikut sampai tiga kali, sebelum akhirnya memutuskan untuk hadir dan mengikuti. Mungkin, fenomena fisik yang sama juga masih menghinggapinya, hingga ia belum juga terpengaruh olehnya. Atau, waktunya yang belum memungkinkan, tapi ia sendiri yang mengatakan bahwa waktunya longgar karena ia cukup "boss" di kantornya.

Dan seperti yang sudah Saya ungkapkan di atas, ia mengatakan sangat puas setelah mengikuti workshop Saya. Berubahkah hidupnya? Ya! Berulang kali ia menelepon Saya, hanya untuk berbincang dan mengingatkan kembali, bahwa kini ia sudah lebih percaya diri.

Hidupnya berubah. Dan itu terjadi, "hanya karena" selembar brosur, yang telah lusuh dan kumuh tertumpah kuah mi ayam, yang semula diremehkannya dan ditemukan "tanpa sengaja"! Waspadalah, dan berhentilah membesar-kecilkan makna, hanya karena fenomena fisiknya. Tidak baik untuk Anda.

HAL KECIL BISA BERBAHAYA UNTUK ANDA

Anda mungkin sudah pernah mendengar cerita ini.

Seorang jenderal, berkuda di depan memimpin pasukannya memasuki sebuah kota. Ia dan pasukannya, baru saja menaklukkan kota itu. Maka, parade kemenangan itu mulai dirayakan saat memasuki kota taklukan dengan gagahnya. Dagu Sang Jenderal terangkat saat memasuki gerbang kota. Kudanya pun melangkah dengan gagah. Begitu pula pasukannya.

Di sepanjang jalan utama, di kiri dan kanan jalan setiap orang duduk bersimpuh. Merendahkan diri sebagai bangsa yang telah takluk. Mengangkat kapala pun mereka tidak berani. Dipancung nanti. Begitulah, Sang Jenderal dan pasukannya, derap demi derap menyusuri jalan utama kota.

Di suatu belokan, Sang Jenderal melihat seorang tua terbungkuk-bungkuk, tertatih melangkah perlahan menyeberangi jalan. Sang Jenderal tersinggung melihatnya. Ia yang merasa sebagai penakluk, harus terhalang jalan oleh seorang tua renta yang kumuh dan baunya tercium kemana-mana. Ditegurnya Pak Tua itu dengan keras, "Hei tua renta! Tahukah engkau siapa aku? Akulah penguasa kota ini sekarang!"

Pak tua itu mengangkat kepalanya perlahan, memandang Sang Jenderal sebentar, dan kemudian tanpa acuh meneruskan langkahnya menyeberang jalan. Perlahan dan menggemaskan. Sang Jenderal pun naik pitam. Jika saja tidak tua renta, ia sudah menghunus dan menebaskan pedangnya. Ia sekali menghardik, "Hai kau tua renta, engkau pikir dirimu siapa! Minggirlah sebelum kupancung kepala busukmu itu!"

Sekali lagi, Pak Tua berhenti dan mengangkat kepalanya, dan sekarang ia mengangkat tangannya, menegakkan jari telunjukknya, memberi isyarat tanda memanggil. Bukan kepalang kemarahan Sang Jenderal. Sesak dadanya dan mendidih kepalanya. Tanpa sadar, ia menggiring kudanya mendekati Pak Tua renta. Dipelototinya Pak Tua itu tanpa bisa berkata apa-apa. Pak Tua, dengan nekatnya terus menggerakkan telunjukknya. Kurang dekat, mungkin itu maksudnya. Ia ingin mengatakan sesuatu.

Di atas kuda, Sang Jenderal sudah tertelan oleh kemarahannya atas "keremehan" Pak Tua. Tapi saking tak tahu harus bagaimana, ia malah menjulurkan kepalanya untuk bisa mendengar bisikan Pak Tua. Setelah begitu dekat telinga Sang Jenderal ke mulut Pak Tua, Pak Tua itu membisikinya dengan desahan lirih yang hampir tak terdengar.

"Saya Izroil...."

Jenderal itu melorot dari kudanya dan langsung mati.

Berhentilah mengecilkan sesuatu, hanya karena fenomena fisiknya. Anda akan kehilangan makna padahal itu mungkin saja merubah hidup Anda.

Ikhwan Sopa - Master Trainer E.D.A.N.

Read more